SOPO - Daya tarik wisata tidak hanya terbatas pada sumber daya alami atau fasilitas yang mewah. Hal-hal sederhana yang berhubungan dengan tradisi juga bisa dikelola atau didesain menjadi daya tarik wisatawan. Salah satu kultur masyarakat Batak yang bisa diberdayakan jadi daya tarik wisata adalah kedai tuak.
![]() |
Suasana diskusi sadar wisata. |
Menurut Hilde, ia telah berpengalaman selama puluhan tahun menjadi tour guide (pemandu turis) dan memperoleh banyak pelajaran terkait keinginan para turis, khususnya turis mancanegara.
"Turis mancanegara berkunjung ke Indonesia bukan ingin fasilitas mewah. Mereka ingin melihat dan merasakan alam serta kehidupan masyarakat di objek kunjungan. Keaslian daerah itu menjadi daya tarik. Itu yang mereka mau," katanya.
Dia mengatakan, turis mancanegara lebih berminat jika bisa berinteraksi langsung dengan penduduk, dan mengalami mengalami apa yang ada di daerah itu, baik alam, budaya, minuman, makanan, dan hiburan.
"Contoh kecilnya kedai tuak, ini dapat menjadi daya tarik wisata. Sebab, di sana ada interaksi masyarakat secara langsung. Ada budaya, minuman khas, musik tradisional, dan kuliner. Ini menarik bagi turis," katanya.
"Kita ada banyak budaya dan keindahan alam lainnya. Namun demikian masih perlu kita dongkrak menyangkut sadar wisata. Seperti ramah tamah, bersih, juga tentang keamanan dan kenyamanan pengunjung yang perlu diprioritaskan," katanya lagi.
Direktur Pemasaran BPODT Basar Siamanjuntak, nara sumber lain dalam acara itu, berpesan agar semua pihak peduli. Di samping pembangunan sarana prasarana wisata dari pemerintah, masyarakat juga harus menyiapkan pribadi masing-masing agar sadar wisata.
Sementara Kadis Pariwisata Tobasa Ultri Sonlahir Simangunsong mengatakan, masyarakat harus siap berperan. "Kita jangan mau hanya penonton, tapi harus mampu menjadi pelaku wisata. Mari kita semua sadar wisata agar ke depan pariwisata ini mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar," katanya. (bbs/int)
Comments
Post a Comment